Lord Eviliam sedang duduk di sebuah bangku taman saat Lord Ambush menemuinya. Di sampingnya, terdapat lampu taman yang terlihat tua. Sambil berjalan santai dan melihat-lihat, Lord Ambush berjalan menuju Lord Eviliam yang belum menyadari akan kedatangannya.
“Sudah lama, Hatent?”
“Oh, kau, Ambush? Untung saja, aku benar membatalkan pertemuan dengan Bells Tralin. Ternyata, ada untungnya juga. Kau datang? Jadi, kau setuju bahwa kita akan membangun lagi penelitian ini?”
“Yah, aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan kepadaku, tapi kau selalu membuatku percaya akan kebohonganmu, Hatent”
“Bukan aku yang melakukannya, tapi, kau sendiri. Itu karena nalurimu ingin kaya, Ambush”
“Siapa yang tidak ingin kaya di dunia ini?”
“Tapi, kurasa, tidak ada yang begitu ambisius, seperti kita”
“Oh, ayolah, jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?”
“Sabarlah, Ambush. Sudah tidak sabar ingin mencium aroma kekayaan yang dikeluarkan uang?”
“Hatent, terserah kau. Oh ya, sebelum itu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. Menurutku, semua ini agak tidak masuk akal. Selama puluhan tahun, kita telah mencari keberadaan Un-Nrml, tapi tidak ketemu. Jadi, selama puluhan tahun, kita tidak mengetahui bahwa Aublace adalah wilayah Un-Nrml?”
“Tentu saja, kita tidak pernah mengetahuinya, karena para warga Aublace yang mempunyai kekuatan super, mentransfernya ke dalam benda. Jadi, tanpa benda itu, mereka hanya orang biasa, Ambush. Mengerti sekarang?”
Lord Ambush mengangguk, lalu ia sadar, ia amat puas dengan keputusan yang telah ia buat itu.
“Lalu, sekarang?”
“Aku akan katakan kepada Amroe, agar ia mencabut penutupan Un-Nrml Centrè”
“Amroe? Michael Amroe? Kau percaya dia? Dia pengkhianat!”
“Kita tidak bisa melakukan apa-apa, Ambush! Hanya dia yang berwenang dalam hal ini, kita tidak mungkin membangun sebuah Centrè lagi”
“Kau yakin ia ingin membantu kita? Setelah kita hampir membunuh keluarganya karena pengkhianatannya itu? Aku tidak yakin.”
“Jika ia tidak ingin hal itu benar-benar terjadi, ia harus membantu kita. Ia mungkin masih bodoh sekarang. Rambut berantakan, gigi tonggos, hmm, memalukan sekali.”
“Kalau tidak? Kudengar ia bekerja di Departemen Hal-hal Gaib, dan gajinya besar sekarang. Mungkin ia sudah kaya, dan berpendidikan sekarang, Hatent. Dan keluarganya berada di luar Tardust.”
“Seberapa besar gaji yang diterima seorang pegawai Departemen Hal-hal Gaib? Lagipula, departemen itu berada di bawah pengawasan Coldan Hall, dan pemimpin Coldan Hall? Aku. Jadi lebih baik kau diam saja. Pasti ia takut kepada seorang Tralin, iya bukan?”
“Ya, mudah-mudahan saja hal itu benar. Besok kau tidak akan ke departemen itu? Siapa yang akan kesana?”
“Tentu saja kau yang harus kesana. Aku ada urusan penting, besok. Aku harus bertemu seseorang, yang memberikan kita segala informasi.”
“Siapa? Wanita itu? Sang kepala sekolah Interlude?”
“Ya, siapa lagi?”
“Sebaiknya kau mengawasinya, Hatent. Seperti ia naik apa kesini. Ia datang dari Aublace ke Tardust dengan mudah sekali, tanpa hambatan dan waktu.”
“Sudahlah, kau harus siap menerima keadaan apapun, Ambush. Ah, tak terasa, hari sudah siang. Kau ingin minum kopi, Ambush? Aku tahu tempat yang menyajikan kopi terbaik. Letaknya tidak jauh dari taman ini. Bagaimana?”
“Ya, kurasa itu ide yang bagus. Kita kesana menggunakan Pockn masing-masing?”
“Tidak, kita akan berjalan kaki. Tidak melelahkan, ayo ikuti aku.”
Lord Eviliam bangkit, lalu diikuti Lord Ambush. Mereka berdua memutari taman menuju sebuah restoran kecil berwarna oranye gelap. Pintunya terbuat dari kaca yang dibingkai oleh kayu. Ketika keduanya masuk, bel berbunyi, dan semua orang di restoran itu terdiam melihat kedua pria terhormat itu.
Lord Eviliam memandang sekeliling, lalu melihat satu meja, dengan dua bangku kosong. Lalu ia duduk disana, bersama Lord Ambush. Seorang pria yang duduk di sebelah mereka, bangkit dari duduknya, lalu pergi dari restoran itu sehabis membayar makanannya dengan terburu-buru dam takut. Sama takutnya seperti pria itu, seorang pelayan mendekati Lord Eviliam dan Lord Ambush. Tangan kanannya memegang kertas putih bertumpuk dengan yang lain, dan tangan kirinya memegang sebuah pulpen hitam.
“Permisi, Lord. Apakah Anda berdua ingin memesan sesuatu?”,kata pelayan itu sambil menunduk, tidak menatap keduanya.
“Hmm, aku ingin memesan satu cappucinno. Kalau kau, Ambush?”
“Black coffee, itu saja”
“Oke, tolong satu cappucinno, dan black coffee”
“Oh, oke, satu cappucinno, dan black coffee. Itu saja, ya. Baik, segera kami antarkan”,kata pelayan itu, sambil berbalik menuju dapur.
“Huh, pelayanan yang buruk sekali. Apa nama restoran ini?”, gerutu Lord Eviliam.
“Kau sering kesini? Kau? Ke tempat ini? Itu sama sekali bukan dirimu, ke tempat sempit seperti ini.”
“Pertama kali, aku kesini diajak oleh seorang menteri miskin, tadinya aku amat tidak menyukainya. Sempit sekali kelihatannya. Tapi setelah kucoba kopi buatannya, lumayan enak ternyata”
Mereka berdua tidak cukup bodoh untuk membicarakn tentang penelitian Un-Nrml disini. Restoran itu dipenuhi warga-warga sipil Tardust, dan beberapa nenek-nenek yang sedang mengobrol dengan seumurnya. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menceritakan tentang penelitian itu, akan ada saatnya dimana semua warga Lust Shins bahkan, mengetahui tentang semua ini.
Oleh karena itu mereka berdua lebih membicarakan soal pekerjaan Lord Eviliam, atau Lord Hatent. Tapi itu tidak lama karena beberapa saat kemudian, pelayan yang tadi datang lagi dengan membawa dua cangkir putih beralaskan nampan.
“Silakan, Tuan”,katanya sambil meletakkan dua cangkir ke meja, lalu pergi.
Lord Eviliam dan Lord Ambush langsung menyeruput kopi mereka masing-masing.
“Kau memang benar, kopi ini enak.”,kata Lord Ambush sambil mengelap bibirnya.
“Tentu saja aku benar, aku tidak pernah salah, Ambush. Kau tahu itu.”
Lord Ambush hanya tersenyum masam mndengar Lord Eviliam. Beberapa saat kemudian, kopi mereka berdua habis, lalu Lord Ambush akan mengeluarkan dompetnya, tapi Lord Eviliam berkata:
“Aku yang mengajakmu kesini, dan aku yang membayar”
Lord Ambush tersenyum, dan membiarkan Lord Eviliam meniggalkan selembar uang ratusan dumon, lalu pergi dari restoran sempit itu. Keduanya keluar menuju tempat mereka memparkir Pockn masing-masing. Lord Ambush lebih dudlu sampai di Pocknnya.
--to be continued
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment